rakyat62.id – Kasus pembunuhan Munir yang terjadi pada tahun 2004 kembali kembali menjadi pusat perhatian setelah seorang hacker (peretas) bernama Bjorka .
Kasus pembunuhan Munir ini dibahas kembali, salah satunya bagaimana kronologi yang sebenarnya. Hingga hari ini, dalang di balik peristiwa pembunuhan Munir belum terungkap.
Berangkat dari laporan Tim Pencari Fakta (TPF) Kasus Pembunuhan Munir . Adapun salah satu nama yang diduga terlibat dalam permufakatan kasus pembunuhan Munir adalah Pollycarpus .
Diketahui pada 6 September 2004 malam Munir berangkat diantar oleh sang istri, Suciwati.
Ketika boarding dan Munir memasuki koridor pesawat, salah satu seorang kru pesawat Garuda Indonesia yang sedang menjadi extra crew/aviation security, yang bernama Pollycarpus Budihari Priyanto, menghampiri Munir dan berbincang-bincang dengannya.
Polly kemudian menawarkan Munir untuk duduk di kursi bisnis yang sempat ditolak Munir. Namun, pada akhirnya Munir menerima tawaran ini dan Munir dihantarkan duduk di kursi 3 K kelas bisnis.
Pesawat Garuda Indonesia yang ditumpangi Munir berangkat pada pukul 21.55.
Dalam perjalanan Jakarta-Singapura Munir sempat makan dan minum hidangan selama penerbangan, antara lain ialah jus jeruk dan mie serta irisan buah. Pesawat diketahui transit di bandara Changi, Singapura pada hari Selasa pada pukul 00.24 waktu setempat.
Pesawat transit di Singapura selama kurang lebih satu jam sepuluh menit, kemudian melanjutkan perjalanan ke Amsterdam pada pukul 01.05 waktu setempat. Pesawat dijadwalkan tiba di Amsterdam pada 7 September 2004, Pukul 08.10 waktu Amsterdam.
Pada pesawat menuju Amsterdam Munir duduk di kelas ekonomi kelas 40 G. Ketika sekitar 40 menit setelah take off, Munir menuju toilet dan terlihat seperti orang sakit ketika kembali dari toilet.
Munir menghampiri pramugara Bondan Hernawa, dan menyampaikan bahwa dirinya sakit dan ingin dipertemukan dengan dokter Tarmizi, yang duduk di kelas bisnis sambil menyerahkan kartu nama dokter itu.
Setelah Munir menepati penanganan oleh dokter Tarmizi, Munir mengatakan bahwa ia terus mengalami muntah dan buang air besar berkali-kali sekalipun telah diberikan obat diare dan susu serta air garam.
Namun, beberapa jam kemudian Munir kembali kesakitan. Sampai akhirnya dokter Tarmizi memberikan suntikan dan Munir kembali tenang.
Pada selasa, 7 September 2004, sekitar pukul 04.05 UTC (diperkirakan di atas negara Rumania) atau sekitar pukul 08.00 waktu setempat, sekitar 2 jam sebelum mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam, saat diperiksa, Munir dinyatakan telah meninggal dunia.
12 November 2004 keluar kabar bahwa polisi Belanda menemukan jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Markas Besar Kepolisian RI menetapkan Pollycarpus sebagai tersangka pada 18 Maret 2005.
Atas kasus tersebut, Pollycarpus mendekam di penjara selama 8 tahun, dan akhirnya mengirup udara segar, usai bebas bersyarat sejak 28 November 2014.(Ginna Vadhya)***